Main Article Content

Abstract

Kakao merupakan salah komoditas perkebunan yang utama Indonesia termasuk di Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan. Potensi pengembangan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan pembangunan di perdesaan. Produksi biji kakao di Indonesia terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan masih beragam seperti : kurang terfermentasi; tidak cukup kering; ukuran biji tidak seragam; keasaman tinggi; dan cita rasa sangat beragam seperti terjadi juga di Kabupaten Tabanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan pengetahuan petani serta hubungannya mengenai fermentasi biji kakao. Penelitian ini dilakukan di Subak-abian Palasari, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan yang dipilih secara purposif. Jumlah sampel yang diambil secara “simple random sampling” adalah sebanyak 50 petani. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi, dimana selanjutnya dianalisis dengan Khi Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap petani terhadap pengolahan biji kakao secara fermentasi adalah tergolong setuju dengan rata-rata pencapaian skornya sebesar 72,50 % dengan kisaran antara 62,40% sampai dengan 89,40%. Tingkat pengetahuan petani mengenai pengolahan biji kakao secara fermentasi tergolong tinggi yaitu mencapai 78,20 % dengan kisaran antara 51,20% sampai dengan 86,40 %. Berdasarkan pada analisis Khi Kuadrat diperoleh bahwa terdapat hubungan yang nyata antara sikap dengan pengetahuan petani terhadap pengolahan biji kakao secara fermentasi. Dari segi harga Harga kakao sangat tergantung dari harga pasar lokal dalam hal ini UUP Palasari mengikuti harga pasar Bajera. Perubahan harga kakao fermentasi pada umumnya karena kualitas biji kakao masih tergolong ke kualitas rendah dan umumnya masih diolah secara non fermentasi ataupun asalan.

Keywords

Peningkatan Mutu, Biji Kakao, Menopang harga jual.

Article Details